Antara Kerelawanan dan Profesionalisme Dalam PNPM
Antara Kerelawanan dan Profesionalisme |
Tetapi inilah siklus kehidupan. Kadang dituntut tapi tak pernah menuntut. Kadang di pressure namun tak bisa mem-pressure. Yah, realitas kerelawanan memang telah membentang jauh di hadapan kami. Entah sampai kapan, hanya kepada Tuhan lah kami mengembalikan semuanya. Sebagai pemilik raga kami, sebagai sandaran kami saat raga dan asa ini mulai luntur. Dan Dia, sebagai pemilik makhluk tahu benar bagaimana memperlakukan kami di dunia ini, yang katanya memberdayakan masyarakat.
Persoalan yang tak kunjung reda, ibarat roda yang akan terus berputar. Entah klimaks nya akan seperti apa dan kapan hal itu akan terjadi masih menjadi bayang-bayang semu. Selalu berulang tanpa perubahan nyata, dan sebuah pertanyaan ambigu akankah hal ini akan terus mewarnai kehidupan kami sebagai pendamping mereka (baca;masyarakat).
Persoalan satu desa harus menyeret langkah kami, mengerahkan segala kemampuan serta bertarung dengan waktu, hanya untuk memuaskan satu pertanyaan. Kapan bisa dicairkan, dan kira-kira selesai tidak sampai akhir bulan ini? Eeehhmmm... ternyata orientasi pemberdayaan telah berubah arah dan keinginannya yang membumi dulu. Sebuah pemberdayaan yang dalam kalkulasi kami masih jauh dari harapan. Algoritma kepentingan proyek masih terasa kental, sehingga hanya bermuara pada dana BLM. Dan parahnya, hak-hak pekerja masih belum mampu dipenuhi sebagai tanggungjawab atas konsekuensi percepatan.
Kiranya, kita harus segera berbenah dan sedikit meluangkan waktu merenung sejenak, tentang apa substansi pemberdayaan masyarakat. Apakah akan menjadi memperdayakan masyarakat atau malah sejatinya pemberdayaan? Hhhmmm...sebuah ujian tentunya sobat.Demkianlah cerita dan uneg-uneg kecil tentang diri kita dalam sebuah kisah Antara Kerelawanan dan Profesionalisme dalam Pemberdayaan
0 komentar:
Posting Komentar