Pulang Mondok Kaki dirantai Orang Tua

Lumajang, UPK Sumbersuko
            Diduga tak kuat melakoni suatu ilmu, Samsul Arifin (26), Dusun Laban, RT 3, RW 2, Desa Labruk lor, Kecamatan Kota Lumajang, menjadi stress. Bahkan kini kondisi kakinya harus dirantai oleh keluarganya karena terus mengamuk. 
            Anak pasangan suami istri Matmari (50), dan Halimah (45), ini sekitar sepuluh tahun lebih telah dirantai kakinya. Dugaan sementara Arif mengalami stress karena tak kuat menjalani ilmu yang ia dapat usai mondok selama satu bulan disalah satu pondok asal Gesang.
            Menurut Halimah, sejak keluar dari Madrasah Ibtidaiyah kala itu, anaknya lantas di pondokkan disuatu tempat. Sayangnya waktu itu anaknya mondok tidak terlalu lama hanya sekitar satu bulanan saja.
            Ketika mondok, Arif kondisinya sakit dan kemudian olehnya diambil dan langsung di bawa ke RS Bhayangkara Lumajang untuk diobatkan.”Saat itu sekitar satu minggu penyakitnya sembuh dan kemudian saya bawa pulang kerumah lagi,”ungkap Halimah.
            Sebulan selang kesembuhannya itu, tak tahu awalnya, Halimah menceritakan jika anaknya itu kerap melakoni ritual-ritual yang tidak ia mengerti. Dari situlah perubahan pada anaknya tersebut lambat laun semakin terlihat.
            Bukan hanya itu saja, perubahan perangai yang awalnya Arif sebagai anak yang penurut saat itu berubah total menjadi anak yang pemarah.”Kalau sudah marah, apa saja dibanting sama dia,”ungkap Halimah sambil matanya terlihat berkaca-kaca.
            Kian hari perangai Arif  kian tak bisa dikendalikan lagi, bukan hanya keluarganya saja yang menjadi sasaran amukannya, tapi beberapa tetangganya yang tidak tahu duduk persoalannya juga menjadi sasaran amukan Arif.
            Akibatnya, karena dianggap meresahkan warga sekitar, pemuda yang  Berkulit kuning langsat ini lantas ditangkap oleh warga secara beramai-rami dan kemudian kedua kakinya dirantai.
            Proses perantaian itu juga atas kesepakatan orang tua Arif, sebab saat itu Halimah mengaku tak lagi sanggup mengganti barang-barang milik tetangganya yang dirusak oleh Arif. ”Uang mana lagi yang harus saya pakai mengganti semua kerusakan itu, “ ujar Halimah.
            Anak ke dua dari tiga bersaudara ini semakin hari semakin menjadi-jadi dan tak bisa dikendalikan, oleh sebab itu kemudian kedua tangan Arif akhirnya juga dirantai oleh keluarganya.
            Kalau tidak dilakukan hal semacam itu, dengan kondisi tangan tak dirantai, Arif masih bisa mengamuk dan memecahi lampu-lampu penerangan kamar tempatnya dirantai,”Sarung saja saya habis 20 biji, Mas” ungkap Halimah yang saat itu bersama kedua anaknya.
            Upaya untuk mengobati Arif telah dilakukan oleh Halimah, dari upaya pengobatan secara medis maupun menggunakan jasa paranormal telah dilakukan. Bahkan tak sedikit harta yang dihabiskan untuk mengobati anaknya itu.
            Tapi dari semua orang-orang yang didatangi untuk dimintai tolong menyebuhkan anaknya tidak satupun yang berhasil, bahkan untuk mengetahui apa sebenarnya penyakit anaknya tersebut, juga tidak ada yang tahu.
            Atas penderitaan yang dialami oleh Halimah dan keluarganya, akhirnya mendapat perhartian dari kepala desa setempat, beberapa tahun yang lalu pihak desa pernah membantu biaya untuk pengobatan Arif ke Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya,”Tapi selama satu bulan disana tapi tak mendapat hasil sama sekali, dan akhirnya dibawa pulang,”ungkap Halimah.
            Kini wanita yang mengaku bekerja sebagai buruh tani itu tak lagi mempu membiayai pengobatan anaknya tersebut. Apalagi barang-barang dirumahnya sudah banyak yang hancur akibat dirusak oleh Arif.
            Saat ini Halimah berharap, pemerintah Kabupaten Lumajang peduli dengan nasib anaknya. Sehingga bisa sembuh total seperti sediakala seperti remaja-remaja lainnya. ”Dia anak lelaki saya satru-satunya, sedangkan bapaknya usianya sudah tua sekali,” ungkap Hlimah sedih.

0 komentar:

Posting Komentar